Ayy !
Back again with mike.
Nah
teman-teman dipostingan kali ini saya bukan membahas mengenai Meganthropus Palaeojavanicus, Pitecanthropus
Erectus, ataupun Pitecanthropus Soloensis.
Tapi disini saya ingin membahas perilaku-perilaku “menyeleneh” yang terjadi
dimasyarakat, yang kadang sangat membuat kita jengkel ataupun kesal.
1. PERILAKU MEROKOK TIDAK PADA TEMPATNYA.
Saya bukanlah
orang yang anti terhadap perokok, karena semua orang punya hak nya
masing-masing. Memang semua orang punya hak nya masing-masing tapi ketika dia
melakukan suatu hal yang mengganggu ketertiban serta hak orang lain, maka itu
adalah salah. Disini saya sangat anti terhadap orang yang merokok tapi tidak
pada tempatnya. Pernah disatu kejadian saya membawa sepeda motor, dan didepan
saya ada orang yang sedang merokok. Nah rokok yagn dibakar dan menghasilkan
bara api yang menjadi abu panas. Ketika terkena tiupan angin, abu panas
tersebut akan terhembus kebelakang. JEBRET! Terkena mata saya dan rasanya
maknyos sekali !
Setelah kejadian tersebu saya berfikir, apa susahnya sih
menahan untuk tidak merokok saat membawa sepeda motor? Logikanya sangat
sederhana, abu rokok itu panas dan akan terhembus apabila terkena angin, dan akan
sangat membahayakan pengendara dibelakang. Apabila kondisinya dibalik, apa mau
si perokok untuk ditetesi abu rokok ke matanya? Tentu tidak bukan. Belum lagi
kasus-kasus perokok yang merokok didekat anak-anak dan ditempat ramai. Mungkin terlihat
sepele namun bisa menyebabkan kasus “perokok pasif”. Akibat dari perokok pasif
adalah kanker paru-paru dan penyakit jantung lainnya yang sama beresikonya
dengan si perokok. Menurut saya sangat merugikan, ibarat pepatah “seorang makan
nangka, semua kena getahnya”.
Untuk itu merokoklah pada tempatnya, karena jika tidak pada tempatnya akan
merugikan orang lain. Sekalipun tidak ada tanda dilarang merokok, saya kira
semua orang punya “otak” yang masih bisa berfikir tempat untuk pantas merokok
atau tidak. Dan juga anak-anak berperilaku meniru orang-orang disekitarnya
(pembelajaran sosial). Jadi buat orang dewasa jangan salahkan anak-anak yang
sudah merokok padahal belum cukup umur, karena salah satu akibatnya adalah
meniru perilaku orang dewasa.
2.
PERILAKU TIDAK MAU MENGANTRI
Budaya mengantri merupakan hal sangat sederhana namun hal
sederhana ini sulit sekali untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya
kesadaran, menganggap remeh atau sepele, serta egoisme antar individu merupakan
penyebab budaya mengantri sulit berkembang dimasyarakat. “Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak
pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri”.
Kalimat tersebut merupakan kutipan seorang guru di Australia. Bisa kita
lihat bahwa budaya mereka lebih mementingkan sikap sopan santun terhadap orang
lain daripada nilai pelajaran mereka. Saya sangat setuju dengan kutipan diatas.
Karena tidak ada gunanya pandai tapi berperilaku “menyeleneh”. Karena jika kita
perhatikan seorang teroris maka dia termasuk orang yang pandai, seperti merkait
senjata, bom, mengatur strategi dan lain-lain. Namun perbuatan yang dihasilkan
sangat tidak terpuji bahkan pantas untuk dikutuk keras.
Pernah suatu hari saya mengantri makanan untuk sarapan
pagi. Saya mengantri diurutan kedua. Tapi tiba-tiba seorang ibu datang dan
berkata “saya deluan ya, anak saya lapar dan sudah terlambat”. Disini saya
sangat kesal dan berfikir, memangnya saya tidak lapar atau tidak telat? Menurut
saya hal ini terjadi karena si ibu merasa dia lebih tua jadi sudah sepatutnya
yang lebih muda menghormatinya. Tapi yang namanya salah tetap salah, tidak
memandang status ataupun umur. Mungkin teman-teman pernah mengalami kejadian
ibu-ibu mengendarai motor kemudian belok ke kanan padahal sen nya kekiri. Ujung-ujungnya
tetap saja kita yang dimarahi si ibu. Nah ini adalah contoh kejadian salah,
namun karna sering terjadi dan kurangnya kesadaran terhadap si pelaku
kesalahan, maka hal tersebut dibenarkan. Atau dalam kasus lain orang-orang yang
meninggal sia-sia hanya karena berdesak-desakkan saat mengantri saat bagi
sembako. Sering dianggap tidak penting padahal konsekuensinya sangat fatal
yaitu bisa menimbulkan kehilangan nyawa. Padahal budaya antri merupakan salah
satu cerminan dari masyarakat disuatu negara. Karena nilai dari bangsa
tersebut dapat dilihat dari masyarakatnya yang dapat taat pada hukum dan norma
yang berlaku.
3.
MEMPERDEBATKAN AGAMA
Sering kita jumpai orang yang berdebat, tidak usah sampai
ke forum resmi bahkan di lingkungan kampus saja sering terjadi perdebatan. Perdebatan
terjadi karena ada 2 atau lebih argumen yang berbeda kemudian dicari argumen
mana yang paling pas atau masuk akal dengan memakai LOGIKA. Sayangnya masih
saja ditahun yang modern ini ada orang yang memperdebatkan agama. Ada beberapa alasan mengapa agama tidak untuk
bahan perdebatan.
Pertama,
suatu agama memiliki ajaran serta sudut pandangannya masing-masing.
Seperti ilustrasi gambar
diatas, dimana 2 orang memiliki 2 persepsi terhadap 1 hal. Apakah salah satu
dari mereka salah? Jawabannya tidak. Hanya karena berebeda persepsi bukan
berarti pendapat tersebut salah. Kurang lebih agama bisa diibaratkan seperti
itu, persepsi agama A tentu saja berbeda dengan persepsi agama B. Tapi tidak
ada yang salah. Karena pada intinya,persepsi yang diajarkan adalah memperoleh
kedamaian hati dan kedamaian menjalankan hidup, beramal terhadap sesama,
berbuat kebaikan, dll.
Kemudian agama tidak bisa di logikakan. Ketika suatu hal
tidak bisa di logikakan, lantas mengapa kita berdebat? Jika suatu agama bisa di
logikakan beserta konsep ketuhanan, maka agama tersebut tidak bisa disebut
suatu agama. Untuk itulah manusia memilki iman, karena dengan imanlah kita
percaya terhadap Tuhan dengan segala kerendahan diri sekalipun kita tidak bisa
melihat Tuhan secara kasat mata. Tidak usah jauh-jauh terhadap logika mengenai
Tuhan, coba lihat saja diri kita sendiri. Apa kita tahu mengapa rambut kita
berwarna hitam? Apa kita tahu mengapa jari kita ada 5 bukan 23 ? yang artinya Tuhan
itu di luar akal manusia,kita tidak pernah tau apa yang direncanakan oleh yang
Tuhan, manusia tak punya kapasitas untuk menfilsafatkan Tuhan.
Intinya semua itu diciptakan Tuhan baik apa
adanya. Perdebatan mengenai agama hanya menimbulkan perpecahan dan
stigma-stigma negatif pada masyarakat. Karena pada akhirnya bukan mengenai
agama apa yang paling benar, melainkan menjalankan ajaran agama tersebut,
karena semua ajaran agama itu baik. Agar terciptalah kehidupan yang baik dibumi
ini, menciptakan kedamaian, mengajarkan menghargai perbedaan serta mengasihi
satu sama lain bukan malah membunuh orang lain atas dasar agama.
Pesan yang ingin saya sampaikan
pada tulisan saya adalah pada umumnya manusia sering kali mengabaikan hal-hal
kecil. Padahal sekecil apapun suatu tindakan dengan tidak memandang status,
jabatan, usia, dll, jika itu salah ya tetap saja salah. Namun karena menganggap
remeh, hal-hal tersebut terjadi berulang-ulang dan menjadi kebiasan di
masyarakat. Contohnya ketiga hal diatas. Padahal untuk ukuran manusia dewasa
ketiga hal diatas sangat mudah untuk dihindari, tapi menjadi sulit karena tidak
adanya kesadaran satu sama lain. Oleh sebab itu kita sebagai manusia khususnya
mahasiswa sebagai agent of change mulai bertindak dari hal-hal yang kecil. Bagaimana kita bisa bertanggung jawab pada
hal besar sementara pada hal kecil saja sering kita abaikan? J