Jurusan Psikologi merupakan jurusan yang sedang "naik daun" karena dibeberapa tahun terakhir sangat banyak diminati oleh para calon mahasiswa. Saya sangat senang karena ini merupakan hal yang positif. Dikatakan positif karena bisa jadi anak-anak muda di zaman sekarang mulai aware tentang kejiwaan dan behavior manusia, sehingga mulai tertarik untuk mempelajari psikologi. Tapi bisa juga terdapat orang yang hanya ikut-ikutan saja padahal belum memahami secara penuh tentang jurusan psikologi.
Ada
baiknya, kalian para para calon mahasiswa memahami konsep-konsep dasar terlebih
dahulu mengenai jurusan psikologi sebelum memutuskan untuk masuk. Jangan sampai
kalian menyesal ketika sudah berhasil masuk ke jurusan ini, karena tidak sesuai
dengan ekspetasi yang kalian harapkan.
Oleh
karena itu, mari kita bahas beberapa konsep-konsep dasar yang terdapat di dalam
jurusan psikologi, mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan mitos.
Lets go!
1. Saya
Mau Lulus Jurusan Psikologi, Biar Tidak Lagi Belajar Angka-Angka (Matematika)
Kalimat di
atas merupakan kalimat yang sering dijumpai mengenai alasan ingin
masuk jurusan psikologi. Jadi apakah kalimat di atas merupakan suatu
kebenaran? TIDAK. Jangan pikir dengan masuk jurusan psikologi
kalian akan terbebas dengan yang namanya angka, melainkan sebaliknya yaitu
kalian akan sangat sering berhadapan dengan angka-angka. Bisa dibilang ketika
kalian masuk jurusan psikologi, angka akan menjadi sahabat sejati kalian yang
menemani dikala susah dan senang. Mungkin alasan di atas timbul karena
(kebanyakkan) jurusan psikologi dikategorikan sebagai jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, dan orang awam langsung mengkaitkan berfikir bahwa jurusan IPS tidak
memiliki perhitungan yang banyak.
Ketika
kalian memasuki jurusan psikologi, maka di semester satu sudah disambut dengan
meriah oleh perhitungan angka, yaitu di mata kuliah statistika. Di semester ini
lah kalian nanti akan berkenalan dengan statistika dasar, seperti :
·
Apa itu statistika?
·
Mengapa belajar statistika?
·
Kaitan antara psikologi dan statistika
·
Dll.
Untuk kesulitan
terhadap mata kuliah ini sebenarnya subjektif. Tetapi berdasarkan pengalaman
saya, mata kuliah ini cukup sulit karena angkatan saya pada semester tersebut paling banyak mendapatkan
nilai dari rentang C ke C+. Memang ada yang mendapatkan nilai dari rentang B ke
A, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan terdapat juga mahasiswa yang mendapatkan
nilai D.
Sebisa mungkin,
jangan mendapatkan nilai D disemester awal kamu berkuliah. Alasannya? Yang pertama
adalah, karena masih di semester awal maka cenderung masih memiliki semangat
yang berapi-api dan masih memiliki harapan nilai dan IPK yang tinggi. Ketika
semangatmu berkobar dan harapan IP yang ingin kamu capai adalah 4 tetapi malah
mendapatkan mata kuliah dengan nilai D, maka rasanya sangat nyesek. Kalian
mungkin akan galau seharian, bahkan lebih (Guaranteed).
Setelah kalian menyelesaikan
semester satu dan melewati mata kuliah statistika, apakah mata kuliah
perhitungan angka sudah selesai? Tentu
saja tidak. Di semester dua (atau mungkin semester selanjutnya) kalian akan
bertemu mata kuliah statistika non parametrik. Biasanya kami menyebutnya dengan
singkatan Snopi. Ya seperti nama anjing di serial kartun, saya juga pertama
kali memikirkan hal tersebut ketika mendengar nama snopi. Penjelasan dasar
mengenai perbedaan antara statistika dan snopi adalah distribusi datanya. Apabila
data memiliki distribusi normal atau sebaran normal maka kita akan menggunakan
statistika parametrik, dan jika distribusinya tidak normal maka digunakan
statistika non-parametrik (snopi).
2. Psikologi Hanya berkaitan dengan penanganan
terhadap kondisi Abnormalitas
Ketika mendengar nama psikologi, mungkin banyak orang berfikir kaitannya
kepada penanganan abnormalitas atau bisa dikatakan orang-orang yang memiliki
gangguan , baik ringan maupun ekstrim. Kondisi yang ekstrim seperti gangguan
skizofrenia, depresi, bipolar, dll. Pernyataan di atas tidak salah tetapi lebih
tepatnya kurang luas, karena psikologi tidak hanya membahas kondisi
abrnomalitas pada seseorang. Ranah yang berkaitan dengan abnormalitas atau
gangguan pada manusia akan dibahas pada psikologi klinis. Tetapi masih terdapat
ranah psikologi lainnya yaitu :
Ø Psikologi perkembangan
Ø Psikologi umum eksperimen
Ø Psikologi industri organisasi
Ø Psikologi sosial
Ø Psikologi pendidikan
Masing-masing dari bidang tersebut memiliki fungsi yang berbeda tetapi
persamaannya adalah berfokus pada jiwa manusia yang dimanifestasikan dalam
bentuk perilaku. Jadi selama ada manusia maka bisa dimasukkan ilmu psikologi
kedalamnya untuk mencari tahu alasan dibalik perilaku-perilaku yang terjadi.
3. Mahasiswa Psikologi Bisa Langsung Tahu
Kepribadian Seseorang Lewat Gerak-Geriknya
Apakah dengan belajar psikologi kita bisa tahu kepribadian seseorang
melalui gerak-geriknya? Tentu saja Tidak.
Memang ada waktunya seorang mahasiwa psikologi akan mempelajari mengenai
observasi, yaitu salah satunya makna dari gerakan gerakan tubuh manusia. Tetapi
hal tersebut tidak bisa menjadi tolak ukur yang sah dalam menyatakan
kepribadian seseorang. Ilmu psikologi harus berdasarkan kepastian yang didukung
oleh data melalui assessment juga
hasil test yang reliablitias dan valid. Oleh karena itu menyimpulkan
kepribadian seseorang harus dilihat terlebih dahulu dari segi konteks, kemudian
dilakukan assessment data yang jelas
dan menggunakan alat ukur yang tepat serta dapat diuji kebenarannya, tentu saja
untuk mendapatkan hasil yang baik pula.
Nanti kalian juga akan mempelajari mengenai alat ukur di mata kuliah
konstruksi alat ukur yang juga masih berkaitan erat dengan statistika. Artinya setiap
mata kuliah akan memiliki hubungan tersendiri dengan mata kuliah tertentu,
sehingga kalian harus benar-benar memahami suatu mata kuliah karena akan
berguna di semester selanjutnya.
4. Mahasiswa Psikologi Adalah Mahasiswa yang Anti
Stress
Dengan persepsi bahwa mahasiswa psikologi mempelajari tentang kondisi
jiwa dan perilaku manusia, maka dianggap sebagai orang-orang yang anti stress. Apakah
hal ini benar? Tidak. Bukan berarti
ketika menjadi seorang mahasiwa psikologi, maka langsung bisa anti stress dan
menjadi manusia super. Mahasiswa psikologi juga manusia, bisa sedih saat
diputusin pacar, bisa sedih maupun stress ketika ujiannya dapat nilai D,
mahasiswa psikologi juga bisa stress ketika tugas direvisi oleh dosen, dll. Mungkin
yang membedakan mahasiswa psikologi dengan yang lain adalah mahasiswa psikologi
lebih memahami coping stress yang
paling tepat untuk dirinya sendiri. Coping
stress diartikan sebagai upaya yang digunakan oleh seorang individu untuk
meminimalisir atau menghilangkan stress yang sedang dirasakan. Alasan mengapa
mahasiswa psikologi lebih memahami hal ini, tentu saja karena dipelajari di
sub-bab mata kuliah tertentu seperti mata kuliah kepribadian. Jadi adalah mitos
apabila mahasiswa psikologi dikaitkan sebagai pribadi yang superior karena
tahan akan stress dan kesedihan.
Jadi itulah beberapa hal yang menjadi konsep dasar mengenai jurusan
psikologi. Oleh karena itu sebelum kamu memutuskan masuk kedalam dunia psikologi,
ada baiknya kamu memahami hal-hal tersebut, sehingga ketika sudah masuk kamu
tidak terkejut lagi dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspetasi, sekian
terimakasih !