Wednesday, August 19, 2020

Tertarik Masuk Jurusan Psikologi? Yuk lihat 4 Fakta atau Mitosnya




Jurusan Psikologi merupakan jurusan yang sedang "naik daun" karena dibeberapa tahun terakhir sangat banyak diminati oleh para calon mahasiswa. Saya sangat senang karena ini merupakan hal yang positif. Dikatakan positif karena bisa jadi anak-anak muda di zaman sekarang mulai aware tentang kejiwaan dan behavior manusia, sehingga mulai tertarik untuk mempelajari psikologi. Tapi bisa juga terdapat orang yang hanya ikut-ikutan saja padahal belum memahami secara penuh tentang jurusan psikologi. 
Ada baiknya, kalian para para calon mahasiswa memahami konsep-konsep dasar terlebih dahulu mengenai jurusan psikologi sebelum memutuskan untuk masuk. Jangan sampai kalian menyesal ketika sudah berhasil masuk ke jurusan ini, karena tidak sesuai dengan ekspetasi yang kalian harapkan.
Oleh karena itu, mari kita bahas beberapa konsep-konsep dasar yang terdapat di dalam jurusan psikologi, mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan mitos. Lets go!


1. Saya Mau Lulus Jurusan Psikologi, Biar Tidak Lagi Belajar Angka-Angka (Matematika)

Kalimat di atas merupakan kalimat yang sering dijumpai mengenai alasan ingin masuk jurusan psikologi. Jadi apakah kalimat di atas merupakan suatu kebenaran? TIDAK. Jangan pikir dengan masuk jurusan psikologi kalian akan terbebas dengan yang namanya angka, melainkan sebaliknya yaitu kalian akan sangat sering berhadapan dengan angka-angka. Bisa dibilang ketika kalian masuk jurusan psikologi, angka akan menjadi sahabat sejati kalian yang menemani dikala susah dan senang. Mungkin alasan di atas timbul karena (kebanyakkan) jurusan psikologi dikategorikan sebagai jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan orang awam langsung mengkaitkan berfikir bahwa jurusan IPS tidak memiliki perhitungan yang banyak. 

Ketika kalian memasuki jurusan psikologi, maka di semester satu sudah disambut dengan meriah oleh perhitungan angka, yaitu di mata kuliah statistika. Di semester ini lah kalian nanti akan berkenalan dengan statistika dasar, seperti : 
·        Apa itu statistika?
·        Mengapa belajar statistika?
·        Kaitan antara psikologi dan statistika
·        Dll.
Untuk kesulitan terhadap mata kuliah ini sebenarnya subjektif. Tetapi berdasarkan pengalaman saya, mata kuliah ini cukup sulit karena angkatan saya  pada semester tersebut paling banyak mendapatkan nilai dari rentang C ke C+. Memang ada yang mendapatkan nilai dari rentang B ke A, tetapi jumlahnya sedikit, bahkan terdapat juga mahasiswa yang mendapatkan nilai D.
Sebisa mungkin, jangan mendapatkan nilai D disemester awal kamu berkuliah. Alasannya? Yang pertama adalah, karena masih di semester awal maka cenderung masih memiliki semangat yang berapi-api dan masih memiliki harapan nilai dan IPK yang tinggi. Ketika semangatmu berkobar dan harapan IP yang ingin kamu capai adalah 4 tetapi malah mendapatkan mata kuliah dengan nilai D, maka rasanya sangat nyesek. Kalian mungkin akan galau seharian, bahkan lebih (Guaranteed).

Setelah kalian menyelesaikan semester satu dan melewati mata kuliah statistika, apakah mata kuliah perhitungan angka sudah selesai? Tentu saja tidak. Di semester dua (atau mungkin semester selanjutnya) kalian akan bertemu mata kuliah statistika non parametrik. Biasanya kami menyebutnya dengan singkatan Snopi. Ya seperti nama anjing di serial kartun, saya juga pertama kali memikirkan hal tersebut ketika mendengar nama snopi. Penjelasan dasar mengenai perbedaan antara statistika dan snopi adalah distribusi datanya. Apabila data memiliki distribusi normal atau sebaran normal maka kita akan menggunakan statistika parametrik, dan jika distribusinya tidak normal maka digunakan statistika non-parametrik (snopi).

2. Psikologi Hanya berkaitan dengan penanganan terhadap kondisi Abnormalitas
Ketika mendengar nama psikologi, mungkin banyak orang berfikir kaitannya kepada penanganan abnormalitas atau bisa dikatakan orang-orang yang memiliki gangguan , baik ringan maupun ekstrim. Kondisi yang ekstrim seperti gangguan skizofrenia, depresi, bipolar, dll. Pernyataan di atas tidak salah tetapi lebih tepatnya kurang luas, karena psikologi tidak hanya membahas kondisi abrnomalitas pada seseorang. Ranah yang berkaitan dengan abnormalitas atau gangguan pada manusia akan dibahas pada psikologi klinis. Tetapi masih terdapat ranah psikologi lainnya yaitu :
Ø  Psikologi perkembangan
Ø  Psikologi umum eksperimen
Ø  Psikologi industri organisasi
Ø  Psikologi sosial
Ø  Psikologi pendidikan
Masing-masing dari bidang tersebut memiliki fungsi yang berbeda tetapi persamaannya adalah berfokus pada jiwa manusia yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku. Jadi selama ada manusia maka bisa dimasukkan ilmu psikologi kedalamnya untuk mencari tahu alasan dibalik perilaku-perilaku yang terjadi.
3. Mahasiswa Psikologi Bisa Langsung Tahu Kepribadian Seseorang Lewat Gerak-Geriknya
Apakah dengan belajar psikologi kita bisa tahu kepribadian seseorang melalui gerak-geriknya? Tentu saja Tidak. Memang ada waktunya seorang mahasiwa psikologi akan mempelajari mengenai observasi, yaitu salah satunya makna dari gerakan gerakan tubuh manusia. Tetapi hal tersebut tidak bisa menjadi tolak ukur yang sah dalam menyatakan kepribadian seseorang. Ilmu psikologi harus berdasarkan kepastian yang didukung oleh data melalui assessment juga hasil test yang reliablitias dan valid. Oleh karena itu menyimpulkan kepribadian seseorang harus dilihat terlebih dahulu dari segi konteks, kemudian dilakukan assessment data yang jelas dan menggunakan alat ukur yang tepat serta dapat diuji kebenarannya, tentu saja untuk mendapatkan hasil yang baik pula.
Nanti kalian juga akan mempelajari mengenai alat ukur di mata kuliah konstruksi alat ukur yang juga masih berkaitan erat dengan statistika. Artinya setiap mata kuliah akan memiliki hubungan tersendiri dengan mata kuliah tertentu, sehingga kalian harus benar-benar memahami suatu mata kuliah karena akan berguna di semester selanjutnya.
4. Mahasiswa Psikologi Adalah Mahasiswa yang Anti Stress
Dengan persepsi bahwa mahasiswa psikologi mempelajari tentang kondisi jiwa dan perilaku manusia, maka dianggap sebagai orang-orang yang anti stress. Apakah hal ini benar? Tidak. Bukan berarti ketika menjadi seorang mahasiwa psikologi, maka langsung bisa anti stress dan menjadi manusia super. Mahasiswa psikologi juga manusia, bisa sedih saat diputusin pacar, bisa sedih maupun stress ketika ujiannya dapat nilai D, mahasiswa psikologi juga bisa stress ketika tugas direvisi oleh dosen, dll. Mungkin yang membedakan mahasiswa psikologi dengan yang lain adalah mahasiswa psikologi lebih memahami coping stress yang paling tepat untuk dirinya sendiri. Coping stress diartikan sebagai upaya yang digunakan oleh seorang individu untuk meminimalisir atau menghilangkan stress yang sedang dirasakan. Alasan mengapa mahasiswa psikologi lebih memahami hal ini, tentu saja karena dipelajari di sub-bab mata kuliah tertentu seperti mata kuliah kepribadian. Jadi adalah mitos apabila mahasiswa psikologi dikaitkan sebagai pribadi yang superior karena tahan akan stress dan kesedihan.

Jadi itulah beberapa hal yang menjadi konsep dasar mengenai jurusan psikologi. Oleh karena itu sebelum kamu memutuskan masuk kedalam dunia psikologi, ada baiknya kamu memahami hal-hal tersebut, sehingga ketika sudah masuk kamu tidak terkejut lagi dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspetasi, sekian terimakasih !