BELAJAR .
1.
Apa itu Belajar?
Apa
yang pertama kali kamu pikirkan ketika mendengar kata belajar? Membaca buku?
Menulis catatan? Atau mungkin duduk dikelas memperhatikan dosen atau guru? Setiap
orang pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda ketika mendengar kata belajar.
Bagi sebagian siswa atau mahasiswa, mungkin belajar dapat diartikan sebagai
kegiatan menggarisbawahi buku pelajaran dengan stabile sambil mendengarkan music.
Atau bagi mahasiswa lain, belajar diartikan sebagai kegiatan menghadapi ujian
akhir sambil meminum kopi dan tidak tidur semalaman. Bahkan terdapat juga
beberapa istilah yang sudah melegenda daripada mahasiswa seperti, mending tidak tidur daripada mengulang
tahun depan, atau mungkin istilah lain seperti SKS yang diplesetkan menjadi
sistem kebut semalam.
Tapi
apakah kebiasaan seperti itu merupakan hal yang baik dan efektif bagi proses
pembelajaran seorang pelajar? Tentu saja tidak. Kebiasaan belajar seperti itu,
biasanya hanya memberikan pemahaman yang singkat, atau bisa dikatakan memahami
hanya sebatas hari H ujian. Selesai dari kegiatan ujian, maka materi yang telah
dipelajari akan dilupakan begitu saja. Namun biasanya kegiatan belajar seperti
itu cenderung menjadi sebuah habbit atau
tetap dipelihara. Bahkan penelitian oleh Calhoun dan Acocella (1990:181), The constitute the least efficient way of
learning, kebiasaan seperti itu merupakan cara yang tidak efektif dalam
belajar. Jadi mungkin buat kamu yang masih memiliki habbit belajar seperti ini, perlahan-lahan mulai bisa dirubah untuk
mendapatkan nilai yang maksimal ketika ujian.
Secara
singkat dan umum, belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang
relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Dapat dikatakan proses belajar
adalah perubahan dari proses tidak tahu menjadi tahu. Pengertian belajar
sendiri akan selalu berkaitan dengan perubaha, baik yang meliputi keseluruhan
tingkah laku individu ataupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari
kepribadian individu. Perubahan-perubahan ini akan terjadi secara alami oleh
setiap individu, oleh karena itu selama masa perkembangan manusia akan terus
mengalami proses pembelajaran.
2.
Teori-teori Belajar
Dalam
ilmu psikologi, teori belajar akan selalu berkaitan dengan stimulus-respons dan
teori tingkah laku. Artinya teori ini akan menjelaskan bagaimana respon suatu
manusia apabila diberikan stimulu dalam suatu lingkungan. Untuk itu mari kita
kenali beberapa teori belajar, yaitu : teori conditioning.
Teori Conditioning
a.
Classical
Conditioning (Conditioning Klasik)
Salah
satu teori belajar yang paling terkenal adalah classical conditioning, yang banyak dikaitkan dengan Pavlov. Banyak
dikaitkan dengan Pavlov karena salah satu percobaan classical conditioning formal yang pertama adalah mengenai anjing
mengeluarkan air liur oleh Pavlov.
Namun sebenarnya yang pertama kali
menggunakan teknik ini adalah seorang Amerika bernama Twitmeyer.
Prinsip
dasar model classical conditioning adalah
unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). US merupakan
obejk dalam lingkungan organisme yang dapat memicu sebuah respon natural atau
nyata (UR). Misalkan ketika seorang anjing melihat daging (US) dan meneteskan
air liurnya (UR). Contoh lain ketika seorang anak menangis (UR) ketika melihat
seekor harimau (US). Dapat kita lihat bahwa UR terbentuk secara otomatis ketika
dihadapkan dengan US. Respons inilah yang terjadi secara alamiah. Stimulus
netral (CS) merupakan sebuah stimulus yang menghasilan respon apabila
dipasangkan dengan (US). Dikatakan classical
conditioning apabila CS yang merupakan stimulus netral dapat menimbulkan
respon tanpa dipasangkan dengan US. Hal ini dapat terjadi apabila proses
pemasangan US dan CS dilakukan secara bersamaan dan dalam jangka waktu yang
lama.
Sebagai
contoh, seorang anak akan selalu tertawa setiap kali melihat badut. Badut (US)
dihubungkan dengan iklan pada televise untuk sereal sarapan pagi (CS) secara
berulang ulang, anak itu tertawa pada pemasangan iklan ini karena adanya badut
tersebut. Classical conditioning terjadi
ketika anak tersebut tetap tertawa melihat iklan sereal televisi tanpa adanya
kehadiran badut tersebut.
Salah
satu faktor yang memperkuat terjadinya classical
conditioning ini adalah frekuensi pemasangan antara US dan CS. Jadi semakin
sering pemasangan atau asosiasi tersebut dilakukan, maka lebih kuat pula
terjadinya classical conditioning.
Prosedur
conditioning Pavlov disebut “klasik”
karena merupakan penemuan bersejarah dalam psikologi. Mungkin teori tersebut
terkenal karena sering juga terjadi pada manusia, yaitu peristiwa terkondisi
pada berbagai macam stimulus seperti visual, mencium, memikirkan makanan lezat,
dll.
b.
Kelemahan Classical Conditioning
1. Teori ini menganggap bahwa proses
belajar terjadi secara otomatis atau alami, tanpa mempertimbangkan faktor yang
lain seperti karakteristik pribadi.
2. Pernanan kebiasaan yang paling
ditonjolkan, padahal mungkin saja respon seseorang berbeda dalam kondisi yang
sama atau respon seseorang bisa saja bergantung dengan kepribadiannya.
Sekian
teori belajar yang pertama yaitu classical
conditioning. Di postingan selanjutnya, kita akan membahas tentang teori
belajar selanjutnya yaitu operant
conditioning, semoga bermanfaat !