Monday, August 24, 2020

Teori Belajar menurut Psikologi dan Contohnya


BELAJAR .

1.      Apa itu Belajar?
Apa yang pertama kali kamu pikirkan ketika mendengar kata belajar? Membaca buku? Menulis catatan? Atau mungkin duduk dikelas memperhatikan dosen atau guru? Setiap orang pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda ketika mendengar kata belajar. Bagi sebagian siswa atau mahasiswa, mungkin belajar dapat diartikan sebagai kegiatan menggarisbawahi buku pelajaran dengan stabile sambil mendengarkan music. Atau bagi mahasiswa lain, belajar diartikan sebagai kegiatan menghadapi ujian akhir sambil meminum kopi dan tidak tidur semalaman. Bahkan terdapat juga beberapa istilah yang sudah melegenda daripada mahasiswa seperti, mending tidak tidur daripada mengulang tahun depan, atau mungkin istilah lain seperti SKS yang diplesetkan menjadi sistem kebut semalam.
Tapi apakah kebiasaan seperti itu merupakan hal yang baik dan efektif bagi proses pembelajaran seorang pelajar? Tentu saja tidak. Kebiasaan belajar seperti itu, biasanya hanya memberikan pemahaman yang singkat, atau bisa dikatakan memahami hanya sebatas hari H ujian. Selesai dari kegiatan ujian, maka materi yang telah dipelajari akan dilupakan begitu saja. Namun biasanya kegiatan belajar seperti itu cenderung menjadi sebuah habbit atau tetap dipelihara. Bahkan penelitian oleh Calhoun dan Acocella (1990:181), The constitute the least efficient way of learning, kebiasaan seperti itu merupakan cara yang tidak efektif dalam belajar. Jadi mungkin buat kamu yang masih memiliki habbit belajar seperti ini, perlahan-lahan mulai bisa dirubah untuk mendapatkan nilai yang maksimal ketika ujian.
Secara singkat dan umum, belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Dapat dikatakan proses belajar adalah perubahan dari proses tidak tahu menjadi tahu. Pengertian belajar sendiri akan selalu berkaitan dengan perubaha, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu ataupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan-perubahan ini akan terjadi secara alami oleh setiap individu, oleh karena itu selama masa perkembangan manusia akan terus mengalami proses pembelajaran.
2.      Teori-teori Belajar
Dalam ilmu psikologi, teori belajar akan selalu berkaitan dengan stimulus-respons dan teori tingkah laku. Artinya teori ini akan menjelaskan bagaimana respon suatu manusia apabila diberikan stimulu dalam suatu lingkungan. Untuk itu mari kita kenali beberapa teori belajar, yaitu : teori conditioning.
Teori Conditioning
a.      Classical Conditioning (Conditioning Klasik)
Salah satu teori belajar yang paling terkenal adalah classical conditioning, yang banyak dikaitkan dengan Pavlov. Banyak dikaitkan dengan Pavlov karena salah satu percobaan classical conditioning formal yang pertama adalah mengenai anjing mengeluarkan air liur oleh Pavlov. 

Namun sebenarnya yang pertama kali menggunakan teknik ini adalah seorang Amerika bernama Twitmeyer.
Prinsip dasar model classical conditioning adalah unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). US merupakan obejk dalam lingkungan organisme yang dapat memicu sebuah respon natural atau nyata (UR). Misalkan ketika seorang anjing melihat daging (US) dan meneteskan air liurnya (UR). Contoh lain ketika seorang anak menangis (UR) ketika melihat seekor harimau (US). Dapat kita lihat bahwa UR terbentuk secara otomatis ketika dihadapkan dengan US. Respons inilah yang terjadi secara alamiah. Stimulus netral (CS) merupakan sebuah stimulus yang menghasilan respon apabila dipasangkan dengan (US). Dikatakan classical conditioning apabila CS yang merupakan stimulus netral dapat menimbulkan respon tanpa dipasangkan dengan US. Hal ini dapat terjadi apabila proses pemasangan US dan CS dilakukan secara bersamaan dan dalam jangka waktu yang lama.
Sebagai contoh, seorang anak akan selalu tertawa setiap kali melihat badut. Badut (US) dihubungkan dengan iklan pada televise untuk sereal sarapan pagi (CS) secara berulang ulang, anak itu tertawa pada pemasangan iklan ini karena adanya badut tersebut. Classical conditioning terjadi ketika anak tersebut tetap tertawa melihat iklan sereal televisi tanpa adanya kehadiran badut tersebut.
Salah satu faktor yang memperkuat terjadinya classical conditioning ini adalah frekuensi pemasangan antara US dan CS. Jadi semakin sering pemasangan atau asosiasi tersebut dilakukan, maka lebih kuat pula terjadinya classical conditioning. 

Prosedur conditioning Pavlov disebut “klasik” karena merupakan penemuan bersejarah dalam psikologi. Mungkin teori tersebut terkenal karena sering juga terjadi pada manusia, yaitu peristiwa terkondisi pada berbagai macam stimulus seperti visual, mencium, memikirkan makanan lezat, dll.
b.      Kelemahan Classical Conditioning
1.      Teori ini menganggap bahwa proses belajar terjadi secara otomatis atau alami, tanpa mempertimbangkan faktor yang lain seperti karakteristik pribadi.
2.      Pernanan kebiasaan yang paling ditonjolkan, padahal mungkin saja respon seseorang berbeda dalam kondisi yang sama atau respon seseorang bisa saja bergantung dengan kepribadiannya.

Sekian teori belajar yang pertama yaitu classical conditioning. Di postingan selanjutnya, kita akan membahas tentang teori belajar selanjutnya yaitu operant conditioning, semoga bermanfaat !