Menurut saya menjadi mahasiswa psikologi adalah hal
yang menyenangkan karena mempelajari psikologi sama dengan mempelajari
diri sendiri. Juga psikologi menekankan terhadap pembelajaran ilmu
sosial, artinya kita akan banyak mengamati serta berinteraksi dengan
orang-orang disekitar kita. Bagi mahasiswa yang mudah penasaran sekaligus suka
berinteraksi, hal ini adalah suatu keuntungan serta hal yang sangat menarik.
Karena, selain mendapatkan relasi dan pengalaman baru, mahasiswa juga akan
mendapatkan ilmu-ilmu yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan
masyarakat.
Namun ada beberapa hal yang terkadang membuat mahasiswa psikologi kesal karena
pandangan yang salah dari masyarakat terhadap jurusan psikologi. Bahkan tidak
usah jauh-jauh terhadap miskonsepsi masyarakat, ketika orang lain menyebutkan psikologi
dengan membaca huruf “p” saja bisa membuat mahasiswa psikologi tilted serta
kesal. Untuk itu disini saya akan membahas 5 miskonsepsi yang paling umum
terhadap mahasiswa psikologi.
.
1. Dianggap sebagai
DUKUN
Anggapan
bahwa mahasiswa psikologi menguasai ilmu dukun adalah salah satu miskonsepsi
yang paling sering terjadi. Bahkan ada anggapan bahwa “bukan mahasiswa
psikologi namanya kalau tidak pernah dianggap dukun”. Disini saya ingin
meluruskan bahwa psikologi sama sekali tidak mempelajari ilmu perdukunan.
Boro-boro mempelajari ilmu perdukunan, saya sendiri sebagai mahasiswa psikologi
terkadang masih takut untuk ke kamar mandi jam 3 pagi. Yang pasti ilmu
psikologi sama sekali tidak menguasai ilmu supranatural seperti bikin benda
melayang ataupun melet hati gebetan. Bisa-bisa bapak Sigmund Freud bangun dari
kuburan karena kesal sama miskonsepsi yang satu ini.
2. Dianggap Bisa Membaca Pikiran.
“Jangan dekat-dekat dengan dia, dia
mahasiswa psikologi loh. Nanti pikiranmu dibaca".
Masih
berkaitan dengan miskonsepsi nomor 1, anggapan bahwa mahasiswa psikologi bisa
membaca pikiran adalah salah. Saya jadi teringat salah satu acara TV ditahun
2011 mengenai sulap. Dimana master Dedy Corbuzier bermain catur dengan salah
satu pemain catur hebat. Lawan dari master Dedy Corbuzier sendiri sampai
memakai kacamata hitam karena takut pikirannya dibaca sehingga jalan daripada
bidak kudanya bisa terbaca.
Nah
teman-teman, ketika kalian berinteraksi dengan mahasiwa psikologi tidak usah
sampai memakai kacamata hitam juga. Karena kami sama sekali tidak bisa membaca
pikiran.
Boro-boro
membaca pikiran, membaca kode doi aja kurang peka. *eehhh*
3. Dianggap Bisa
Meramalkan Kehidupan Seseorang.
Memang
salah satu dari tujuan ilmu psikologi adalah predict atau
meramalkan, tapi bukan berarti yang diramalkan adalah usia kematian, ataupun
JODOH. Meramalkan dalam tujuan psikologi memiliki arti bahwa psikolog ataupun
mahasiswa psikologi mampu menggambarkan mengapa sebuah tingkah laku terjadi dan
selanjutnya memprediksi bagaimana seseorang akan bertingkah laku dibeberapa
situasi. Ataupun dengan pemberian suatu stimulus psikolog mampu memprediksi
reaksi apa yang akan terjadi.
Jadi
jangan pernah menyuruh mahasiswa psikologi untuk meramalkan jodoh kamu lagi ya.
Jodoh itu bukan diramal, tapi dicari ya mblo.
4. Dianggap Mengurusi Orang Gila.
5. “Nanti kalau kamu lulus mau jadi guru BP ya?
Gajinya kecil loh.”
Memang
salah satu pekerjaan yang cocok bagi lulusan psikologi adalah guru BP. Namun
tidak semua mahasiswa lulusan psikologi cocok menjadi BP tergantung jurusan
yang diambil. Namun beberapa masyarakat awam mengganggap bahwa jurusan
psikologi sudah berarti akan bekerja sebagai guru BP. Padahal masih banyak
pekerjaan lain yang bisa dipilih seperti psikolog (S2), HRD, dosen, konselor,
trainer dan lain lain.
Itulah 5 miskonsepsi yang paling umum terhadap mahasiswa psikologi. semoga
kedepannya miskonsepsi tersebut bisa dikurangi perlahan-lahan ya. J