Monday, August 24, 2020

5 MISKONSEPSI UMUM MENGENAI MAHASISWA PSIKOLOGI.



       Menurut saya menjadi mahasiswa psikologi adalah hal yang menyenangkan karena mempelajari psikologi sama dengan mempelajari diri sendiri. Juga psikologi menekankan terhadap pembelajaran ilmu sosial, artinya kita akan banyak mengamati serta berinteraksi dengan orang-orang disekitar kita. Bagi mahasiswa yang mudah penasaran sekaligus suka berinteraksi, hal ini adalah suatu keuntungan serta hal yang sangat menarik. Karena, selain mendapatkan relasi dan pengalaman baru, mahasiswa juga akan mendapatkan ilmu-ilmu yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan masyarakat.
            Namun ada beberapa hal yang terkadang membuat mahasiswa psikologi kesal karena pandangan yang salah dari masyarakat terhadap jurusan psikologi. Bahkan tidak usah jauh-jauh terhadap miskonsepsi masyarakat, ketika orang lain menyebutkan psikologi dengan membaca huruf “p” saja bisa membuat mahasiswa psikologi tilted serta kesal. Untuk itu disini saya akan membahas 5 miskonsepsi yang paling umum terhadap mahasiswa psikologi.

.          1.    Dianggap sebagai DUKUN



Anggapan bahwa mahasiswa psikologi menguasai ilmu dukun adalah salah satu miskonsepsi yang paling sering terjadi. Bahkan ada anggapan bahwa “bukan mahasiswa psikologi namanya kalau tidak pernah dianggap dukun”. Disini saya ingin meluruskan bahwa psikologi sama sekali tidak mempelajari ilmu perdukunan. Boro-boro mempelajari ilmu perdukunan, saya sendiri sebagai mahasiswa psikologi terkadang masih takut untuk ke kamar mandi jam 3 pagi. Yang pasti ilmu psikologi sama sekali tidak menguasai ilmu supranatural seperti bikin benda melayang ataupun melet hati gebetan. Bisa-bisa bapak Sigmund Freud bangun dari kuburan karena kesal sama miskonsepsi yang satu ini.  


2. Dianggap Bisa Membaca Pikiran.
“Jangan dekat-dekat dengan dia, dia mahasiswa psikologi loh. Nanti pikiranmu dibaca".




Masih berkaitan dengan miskonsepsi nomor 1, anggapan bahwa mahasiswa psikologi bisa membaca pikiran adalah salah. Saya jadi teringat salah satu acara TV ditahun 2011 mengenai sulap. Dimana master Dedy Corbuzier bermain catur dengan salah satu pemain catur hebat. Lawan dari master Dedy Corbuzier sendiri sampai memakai kacamata hitam karena takut pikirannya dibaca sehingga jalan daripada bidak kudanya bisa terbaca.
Nah teman-teman, ketika kalian berinteraksi dengan mahasiwa psikologi tidak usah sampai memakai kacamata hitam juga. Karena kami sama sekali tidak bisa membaca pikiran.

Boro-boro membaca pikiran, membaca kode doi aja kurang peka. *eehhh*

3.  Dianggap Bisa Meramalkan Kehidupan Seseorang.
Memang salah satu dari tujuan ilmu psikologi adalah predict atau meramalkan, tapi bukan berarti yang diramalkan adalah usia kematian, ataupun JODOH. Meramalkan dalam tujuan psikologi memiliki arti bahwa psikolog ataupun mahasiswa psikologi mampu menggambarkan mengapa sebuah tingkah laku terjadi dan selanjutnya memprediksi bagaimana seseorang akan bertingkah laku dibeberapa situasi. Ataupun dengan pemberian suatu stimulus psikolog mampu memprediksi reaksi apa yang akan terjadi.

Jadi jangan pernah menyuruh mahasiswa psikologi untuk meramalkan jodoh kamu lagi ya.  Jodoh itu bukan diramal, tapi dicari ya mblo.


4. Dianggap Mengurusi Orang Gila.


Salah satu konstruksi masyarakt awam adalah psikologi maupun psikolog akan mengurusi orang gila. Padahal sebenarnya adalah psikologi mempelajari normalitas dan kemudian membahas apa saja yang tidak normal (abnormalitas). Dan juga psikologi adalah ilmu yang luas serta berurursan dengan manusia. Oleh karena itu dibidang apapun selama ada manusia, psikologi bisa diimplementasikan


5. “Nanti kalau kamu lulus mau jadi guru BP ya? Gajinya kecil loh.”


Memang salah satu pekerjaan yang cocok bagi lulusan psikologi adalah guru BP. Namun tidak semua mahasiswa lulusan psikologi cocok menjadi BP tergantung jurusan yang diambil. Namun beberapa masyarakat awam mengganggap bahwa jurusan psikologi sudah berarti akan bekerja sebagai guru BP. Padahal masih banyak pekerjaan lain yang bisa dipilih seperti psikolog (S2), HRD, dosen, konselor, trainer dan lain lain.



            Itulah 5 miskonsepsi yang paling umum terhadap mahasiswa psikologi. semoga kedepannya miskonsepsi tersebut bisa dikurangi perlahan-lahan ya. J




Teori Belajar menurut Psikologi dan Contohnya


BELAJAR .

1.      Apa itu Belajar?
Apa yang pertama kali kamu pikirkan ketika mendengar kata belajar? Membaca buku? Menulis catatan? Atau mungkin duduk dikelas memperhatikan dosen atau guru? Setiap orang pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda ketika mendengar kata belajar. Bagi sebagian siswa atau mahasiswa, mungkin belajar dapat diartikan sebagai kegiatan menggarisbawahi buku pelajaran dengan stabile sambil mendengarkan music. Atau bagi mahasiswa lain, belajar diartikan sebagai kegiatan menghadapi ujian akhir sambil meminum kopi dan tidak tidur semalaman. Bahkan terdapat juga beberapa istilah yang sudah melegenda daripada mahasiswa seperti, mending tidak tidur daripada mengulang tahun depan, atau mungkin istilah lain seperti SKS yang diplesetkan menjadi sistem kebut semalam.
Tapi apakah kebiasaan seperti itu merupakan hal yang baik dan efektif bagi proses pembelajaran seorang pelajar? Tentu saja tidak. Kebiasaan belajar seperti itu, biasanya hanya memberikan pemahaman yang singkat, atau bisa dikatakan memahami hanya sebatas hari H ujian. Selesai dari kegiatan ujian, maka materi yang telah dipelajari akan dilupakan begitu saja. Namun biasanya kegiatan belajar seperti itu cenderung menjadi sebuah habbit atau tetap dipelihara. Bahkan penelitian oleh Calhoun dan Acocella (1990:181), The constitute the least efficient way of learning, kebiasaan seperti itu merupakan cara yang tidak efektif dalam belajar. Jadi mungkin buat kamu yang masih memiliki habbit belajar seperti ini, perlahan-lahan mulai bisa dirubah untuk mendapatkan nilai yang maksimal ketika ujian.
Secara singkat dan umum, belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Dapat dikatakan proses belajar adalah perubahan dari proses tidak tahu menjadi tahu. Pengertian belajar sendiri akan selalu berkaitan dengan perubaha, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu ataupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan-perubahan ini akan terjadi secara alami oleh setiap individu, oleh karena itu selama masa perkembangan manusia akan terus mengalami proses pembelajaran.
2.      Teori-teori Belajar
Dalam ilmu psikologi, teori belajar akan selalu berkaitan dengan stimulus-respons dan teori tingkah laku. Artinya teori ini akan menjelaskan bagaimana respon suatu manusia apabila diberikan stimulu dalam suatu lingkungan. Untuk itu mari kita kenali beberapa teori belajar, yaitu : teori conditioning.
Teori Conditioning
a.      Classical Conditioning (Conditioning Klasik)
Salah satu teori belajar yang paling terkenal adalah classical conditioning, yang banyak dikaitkan dengan Pavlov. Banyak dikaitkan dengan Pavlov karena salah satu percobaan classical conditioning formal yang pertama adalah mengenai anjing mengeluarkan air liur oleh Pavlov. 

Namun sebenarnya yang pertama kali menggunakan teknik ini adalah seorang Amerika bernama Twitmeyer.
Prinsip dasar model classical conditioning adalah unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), dan conditioned stimulus (CS). US merupakan obejk dalam lingkungan organisme yang dapat memicu sebuah respon natural atau nyata (UR). Misalkan ketika seorang anjing melihat daging (US) dan meneteskan air liurnya (UR). Contoh lain ketika seorang anak menangis (UR) ketika melihat seekor harimau (US). Dapat kita lihat bahwa UR terbentuk secara otomatis ketika dihadapkan dengan US. Respons inilah yang terjadi secara alamiah. Stimulus netral (CS) merupakan sebuah stimulus yang menghasilan respon apabila dipasangkan dengan (US). Dikatakan classical conditioning apabila CS yang merupakan stimulus netral dapat menimbulkan respon tanpa dipasangkan dengan US. Hal ini dapat terjadi apabila proses pemasangan US dan CS dilakukan secara bersamaan dan dalam jangka waktu yang lama.
Sebagai contoh, seorang anak akan selalu tertawa setiap kali melihat badut. Badut (US) dihubungkan dengan iklan pada televise untuk sereal sarapan pagi (CS) secara berulang ulang, anak itu tertawa pada pemasangan iklan ini karena adanya badut tersebut. Classical conditioning terjadi ketika anak tersebut tetap tertawa melihat iklan sereal televisi tanpa adanya kehadiran badut tersebut.
Salah satu faktor yang memperkuat terjadinya classical conditioning ini adalah frekuensi pemasangan antara US dan CS. Jadi semakin sering pemasangan atau asosiasi tersebut dilakukan, maka lebih kuat pula terjadinya classical conditioning. 

Prosedur conditioning Pavlov disebut “klasik” karena merupakan penemuan bersejarah dalam psikologi. Mungkin teori tersebut terkenal karena sering juga terjadi pada manusia, yaitu peristiwa terkondisi pada berbagai macam stimulus seperti visual, mencium, memikirkan makanan lezat, dll.
b.      Kelemahan Classical Conditioning
1.      Teori ini menganggap bahwa proses belajar terjadi secara otomatis atau alami, tanpa mempertimbangkan faktor yang lain seperti karakteristik pribadi.
2.      Pernanan kebiasaan yang paling ditonjolkan, padahal mungkin saja respon seseorang berbeda dalam kondisi yang sama atau respon seseorang bisa saja bergantung dengan kepribadiannya.

Sekian teori belajar yang pertama yaitu classical conditioning. Di postingan selanjutnya, kita akan membahas tentang teori belajar selanjutnya yaitu operant conditioning, semoga bermanfaat !



Kamu Lelah dibohongi? Cek 3 Gerakkan Indikasi Kebohongan Menurut Psikologi


Semua orang pasti pernah melakukan kebohongan. Kalau kebohongan yang dilakukan bertujuan untuk suatu kebaikan, ya mungking masih bisa dimaklumi. Tetapi apabila kebohongan tersebut bertujuan untuk hal yang buruk, pasti kita sebagai korban akan merasa kesal dan kecewa. Namun kerap kali terdapat orang-orang yang pandai menyembunyikan kebohongan yang ia lakukan.  Oleh karena itu, dibawah ini terdapat beberapa tips psikologi yang dapat digunakan untuk mengetahui apabila seseorang sedang berbohong.
Tips yang kita gunakan adalah melihat gesture dari lawan bicara kita. Oleh karena itu mari kita terlebih dahulu memahami apa itu gestureGesture dapat diartikan sebagai komunikasi non-verbal yang menggabungkan beberapa gerak tubuh disertai juga dengan ekspresi wajah dengan maksud menyampaikan pesan tertentu. Artinya gesture sudah mencakup gabungan gerakkan tubuh yang juga disertai dengan ekspresi wajah. Terdapat juga istilah lain yaitu kine yang diartikan sebagai unit terkecil dari pergerakan tubuh dan kinesic, yaitu merujuk kepada studi ilmiah tentang gesture dan ilmu pergerakan tubuh lainnya.
Mendeteksi kebohongan seseorang bukanlah perkara yang mudah. Terlebih lagi apabila terdapat kemungkinan bias yang kita ciptakan karena berkomunikasi dengan orang yang kita kenal. Sehingga kita cenderung menyangkal bahwa orang yang kita kenal melakukan kebohongan. Tetapi menurut Verma (penulis buku Body Languae) kita dapat mendeteksi kebohongan seseorang melalui Hand to Face Gestures. Tindakan hand to face gestures menggambarkan basis/dasar gestur berbohong manusia. Salah satu simbol penipuan (deceit symbols) yang sering digunakan adalah three wise monkeys yang tidak mendengar, mengatakan, ataupun melihat kejahatan. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah ketika seorang anak mengatakan kebohongan, maka ia refleks atau segera untuk menutup mulutnya. Dengan kata lain, ketika kita melihat, mengatakan, ataupun mendengar kebohongan atau penipuan kita sering mencoba untuk menutupi mata, mulut, dan telinga kita. Semakin dewasa seseorang, hand to face gestures menjadi semakin tertata dan kurang jelas, namun masih tetap muncul ketika seseorang mengatakan, melihat, atau mendengar kebohongan. Dalam artian yang lebih luas, deceit dapat berarti keraguan, ketidakyakinan, kebohongan, atau juga melebih-lebihkan.
Di bawah ini terdapat beberapa variasi dari Hand to Face Gestures yang dapat menandakan suatu kebohongan ketika berkomunikasi.

1.      The Mouth Guard


 
Sesuai dengan namanya, tindakan ini dilakukan dengan menutup mulut menggunakan jari tangan. Secara rinci tindakan ini menutupi mulut dan ibu jari menekan pipi akibat otak menginstruksikan untuk menahan kata-kata bohong yang disampaikan. Namun perlu digaris bawahi bahwa gesture ini hampir memiliki gerakkan yang sama dengan evaluation gestures. Perbedaannya adalah evaluation gestures dilakukan dengan tangan menutupi mulut dan dimaknai dengan seseorang yang mendengarkan dan memahami percakapan dengan lawan bicaranya. Sementara the mouth guard dilakukan dengan beberapa jari menutupi bagian mulut.
Terdapat juga beberapa orang yang menggunakan batuk palsu untuk menutupi gestures mouth guard yang sedang ia lakukan. Hal ini juga merupakan bentuk indikasi dari sebuah kebohongan yang disampaikan.

2.      Nose Touching

 


Gesture Nose touching merupakan tindakan yang lebih tersembunyi dibandingan dengan mouth guard. Bisa dikatakan tindakan ini adalah tindakan yang smooth dan kita cenderung mengindahkan terhadap gesture ini. Secara rinci gesture ini terdiri atas beberapa usapan ringan dibawah hidung atau satu usapan cepat yang tidak terlihat/terasa. Sama seperti mouth guard gestur ini digunakan pembicara untuk menutupi kebohongan dan sebaliknya digunakan oleh pendengar yang merasa ragu terhadap kata-kata pembicara. Salah satu penjelasan gestur ini adalah bahwa ketika pikiran negatif masuk ke pikiran, otak menginstruksikan tangan menutupi mulut, namun dalam upaya agar tidak terlalu mencolok, tangan mundur dari wajah dan menghasilkan usapan cepat di bawah hidung. Penjelasan lain menyatakan bahwa berbohong menyebabkan ujung saraf di hidung menghasilkan rasa gatal, dan usapan dilakukan untuk memuaskan rasa gatal tersebut.  Namun, bagaimana jika memang orang tersebut merasa gatal pada hidungnya? Cara membedakannya adalah bahwa upaya sengaja untuk mengusap dan menggaruk menandakan orang tersebut merasa gatal di hidungnya, sedangkan usapan halus menandakan nose touching gestures yang berarti orang tersebut berbohong.

3.      The Eye Rub


Gesture ini dilakukan dengan mengusapkan jari ke bagian mata sebagai indikasi upaya otak untuk menahan kebohongan atau keraguan yang terlihat atau upaya untuk menghindari melihat wajah orang yang ia bohongi.  Terdapat perbedaan antara pria dan wanita ketika melakukan gesture ini, yaitu pria umumnya mengusap mata secara kasar. Apabila kebohongan yang ia lakukan besar, maka ia cenderung mengalihkan pandangannya terhadap lawan bicaranya, seperti menatap atau melihat ke lantai. Sementara wanita menggunakan usapan lembut di bawah mata, dan menghindari tatapan lawan bicara dengan menatap langit (ke atas).

Itulah beberapa tips yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebohongan seseorang. Hal ini dapat dipergunakan ketika kita sedang dalam kondisi santai (informal) dan berkomunikasi dengan lawan bicara kita.  Dalam kata lain sebagai bentuk jaga-jaga untuk menghindari suatu kebohongan. Agar lebih valid lagi dalam mendeteksi kebohongan seseorang, sebenarnya harus diukur menggunakan alat deteksi kebohongan maupun melalui test lainnya. Tapi kan tidak selamanya dong kita kemana-mana membawa lie detector, hehe.